Ipul Banjir Pesanan, Gas Sentral Jadi Andalan Dapur MBG di Kalimantan Barat

Dampak Program Makan Bergizi Gratis terhadap Ekonomi dan Infrastruktur di Kalimantan Barat
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjadi pemicu signifikan bagi peningkatan bisnis instalasi gas sentral di Kalimantan Barat. Sebelum program ini berjalan, permintaan untuk instalasi gas biasanya berasal dari restoran dengan pesanan yang tidak menentu. Kini, permintaan mengalir tanpa henti, karena gas sentral dipilih sebagai solusi efisien dan aman yang mampu menangani ribuan porsi makanan per hari. Hal ini menjadikannya tulang punggung dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Di sebuah dapur SPPG di Pulau Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, suara mesin bor dan percikan api las terdengar bersahutan. Syarif Saiful (39), seorang teknisi instalasi gas, bersama tim kecilnya tengah sibuk merangkai pipa gas sentral yang akan digunakan dalam program MBG. Untuk mencapai lokasi ini, mereka harus melakukan perjalanan panjang, dua jam menyusuri laut dengan sampan motor, setelah satu jam perjalanan darat dari Pontianak menuju pelabuhan.
Dengan seragam kerja, tangan Saiful cekatan memutar kunci pipa, sementara dua rekannya mengelas sambungan tabung besar. Di ruangan yang hangat oleh aroma besi terbakar, dapur itu sedang disulap menjadi jantung baru penyedia makanan bergizi bagi ribuan siswa dari sekolah-sekolah di sekitarnya. Satu SPPG biasanya melayani 2-3 sekolah. Masing-masing dapur mampu menyediakan antara 3.000–3.500 porsi makanan per hari.
Ipul, panggilan akrabnya, merasakan langsung dampak program MBG. Sudah lima bulan ini, ia disibukkan dengan lonjakan permintaan pemasangan instalasi gas sentral. Jika sebelumnya lebih sering mengerjakan instalasi gas untuk restoran, yang sebulan sekali belum tentu datang.
“Sejak ada MBG, permintaan naik berkali-kali lipat. Dulu jarang sekali, sekarang daftar tunggu sudah ada bahkan sampai Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Ketapang. Kami masih mencari jadwal karena jarak tempuh ke sana makan waktu seharian,” ungkap Ipul.
Menurutnya, satu dapur biasanya bisa melayani dua hingga tiga sekolah, dengan kapasitas memasak untuk sekitar 45 orang per sesi. Karena beban masak cukup besar, instalasi gas sentral menjadi pilihan dibanding penggunaan tabung LPG biasa.
Gas sentral lebih efisien dibanding tabung biasa karena tekanan gas yang disalurkan melalui manifold dan regulator ganda lebih stabil, sehingga api kompor merata dan masakan lebih cepat matang tanpa banyak gas terbuang. Tabung besar yang digunakan juga lebih murah per kilogram dibanding tabung kecil, ditambah sistem otomatisasi membuat dapur tidak perlu berhenti hanya untuk mengganti tabung.
Selain hemat, gas sentral juga membuat dapur lebih rapi, aman, dan praktis karena tabung disimpan di luar ruangan sementara ke tungku hanya dialirkan lewat pipa.
“Kalau pakai gas sentral bisa hemat 30–40 persen, lebih efisien dan aman karena sistem pengaman sendiri,” jelasnya.
Gas sentral dipilih bukan hanya karena efisiensi, tetapi juga faktor keamanan dan kemudahan operasional. Sistem ini menggunakan manifold (pipa utama) yang menghubungkan beberapa tabung LPG berukuran besar ke satu jaringan pipa, kemudian didistribusikan ke kompor dengan tekanan yang stabil.
Dengan begitu, dapur tidak lagi penuh tabung, aliran gas lebih lancar, dan risiko kebocoran dapat diminimalisir. Selain itu, gas sentral dilengkapi regulator berlapis, katup pengaman, serta jalur distribusi yang tertanam rapi sehingga lebih aman dibandingkan tabung tunggal yang rawan salah pasang.
Saiful mengungkapkan, proyek pertama yang ia tangani berada di Jalan Reformasi, Pontianak Tenggara. Sejak itu, lewat rekomendasi dari mulut ke mulut, ia sudah menggarap total 42 dapur SPPG. Paling banyak di wilayah Kota Pontianak, Kubu Raya dan Mempawah, serta beberapa daerah lain seperti Landak.
“Terakhir kami kerjakan di Wajok Hilir, Kabupaten Mempawah. Ini saja sudah ada tujuh daftar tunggu dapur SPPG yang mau dibangun gas sentralnya,” tambahnya.
Secara teknis, instalasi gas sentral membutuhkan perhitungan detail, mulai dari pemilihan pipa logam yang tahan tekanan, pemasangan manifold sesuai kapasitas, hingga uji kebocoran dengan sabun khusus sebelum sistem dioperasikan.
Dalam satu proyek, tim beranggotakan lima orang biasanya membutuhkan waktu dua hari pengerjaan dengan biaya Rp12–17 juta, tergantung spesifikasi, material, dan tingkat kerumitan. Harga itu sudah termasuk jasa dan material.
Ia juga memberikan garansi dua tahun, dengan perawatan rutin setahun sekali berupa pengecekan selang, regulator, serta penggantian seal tabung. Meski begitu, pekerjaan instalasi gas sentral memiliki risiko tersendiri.
“Saya sering menolak memperbaiki pekerjaan orang lain yang kualitasnya buruk. Kalau salah pasang, bisa bahaya, dan jangan sampai kesalahan orang lain malah jadi tanggung jawab kami,” tegasnya.
Selain instalasi gas sentral, Ipul juga mengembangkan kompor biomassa untuk menghemat penggunaan gas. Namun, permintaan terbesar tetap datang dari sekolah-sekolah yang membutuhkan dapur besar dan efisien.
“Di Kalbar ini tidak banyak yang bisa mengerjakan instalasi gas sentral, mungkin hanya 5–6 orang. Kebetulan saya sudah berpengalaman, jadi dipercaya. Alhamdulillah, program MBG ini membuat banyak masyarakat ikut terbantu, termasuk usaha kami,” pungkasnya.
Membuka Lapangan Kerja dan Menggerakkan Ekonomi Lokal
Program MBG yang digulirkan pemerintah tidak hanya berdampak pada gizi dan kesehatan anak sekolah, tetapi juga mulai terasa menggerakkan roda ekonomi lokal di Kalimantan Barat. Setiap hari ribuan porsi makanan harus disiapkan untuk siswa. Kebutuhan ini memicu permintaan yang stabil terhadap beras, sayur, ikan, telur, hingga daging ayam dari produsen lokal. Petani dan nelayan kini memiliki kepastian pasar, sementara UMKM katering mendapat peluang memperluas usaha.
“Dengan adanya program MBG, permintaan lebih rutin, sehingga kami bisa menambah tenaga kerja,” ujar Siti, pedagang sayur di Pontianak.
Selain tenaga juru masak, program ini juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor distribusi, logistik, hingga penyediaan bahan baku. Efek domino pun terasa di pasar tradisional yang lebih ramai karena adanya pasokan rutin untuk sekolah.
Sementara itu, Kementerian UMKM mendorong lebih banyak pengusaha kecil menengah masuk ke rantai pasok program MBG. Menteri UMKM Maman Abdurahman menegaskan, program ini sudah terbukti membawa manfaat besar bagi rakyat sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi UMKM.
“Banyak UMKM di seluruh Indonesia sudah ikut dalam program MBG,” ujarnya dalam keterangan tertulis belum lama ini.
Maman mengingatkan pentingnya menjaga kualitas, higienitas, dan manajemen usaha, agar UMKM bisa konsisten memenuhi kebutuhan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Kementerian UMKM, melalui Deputi Usaha Mikro, juga telah membina 30 UMKM agar siap menjadi pemasok resmi MBG.
Komdigi Pastikan MBG Transparan
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menggebrak dengan dua langkah sekaligus, memperluas jangkauan program MBG ke daerah-daerah terpencil, sekaligus melawan derasnya arus hoaks yang beredar di media sosial. Menkomdigi Meutya Hafid menegaskan, Kemkomdigi siap menjadi jembatan antara platform digital dan ekosistem kementerian agar MBG tidak hanya menjangkau siswa sekolah dasar hingga menengah, tetapi juga sampai ke wilayah yang paling membutuhkan.
“Kami ingin memastikan program MBG tepat sasaran, transparan, dan terbukti manfaatnya di lapangan, bukan seperti narasi menyesatkan yang beredar di medsos,” tegas Meutya, Rabu 13 Agustus 2025.
Apresiasi pun diberikan kepada Grab Indonesia dan OVO yang sudah menguji coba MBG di Kebumen, Kulonprogo dan Minahasa, melibatkan 1.500 siswa dan 126 guru di tujuh sekolah. Kolaborasi ini memanfaatkan teknologi end-to-end, standar kebersihan dan gizi dari Badan Gizi Nasional (BGN), serta pengukuran dampak sosial-ekonomi.
Namun, Meutya tak menutup mata terhadap serangan hoaks. Dalam forum bersama pimpinan redaksi media belum lama ini, ia juga menegaskan fakta lapangan justru bertolak belakang dengan tudingan miring di media sosial.
“Program MBG berjalan baik. Itu bukti nyata, bukan sekadar wacana medsos,” ujarnya.
Kepala BGN Dadang Hendiayana menambahkan, pihaknya terbuka untuk terus memberikan penjelasan lengkap agar publik tidak termakan misinformasi.
“Kami siap berkoordinasi dengan media agar masyarakat mendapat gambaran utuh,” tandasnya.
🔥 Postingan Populer
- 7 Fakta Gempa Bumi di Rusia: Dari Kamchatka hingga Ancaman Tsunami
- Indonesia Luncurkan Kampanye Pariwisata Regeneratif: Dorong Lingkungan Pulih, Komunitas Bangkit
- Edukasi Sistem Parkir Wisata Non-Tunai bersama KelolaWisata.com : Solusi Digital untuk Pengelolaan Wisata Modern
- MSM Parking: Solusi Terbaik untuk Manajemen Parkir di Indonesia
- Manless Ticket Dispenser Standar Internasional: Spesifikasi Lengkap