44 Juta Pemuda Menganggur: Negeri Ini Minta Ditertawakan?

Jakarta, 18 Juli 2025 — Ironi tragis terjadi di tengah gegap gempita pesta demokrasi dan janji-janji manis pemerintahan baru: lebih dari 44 juta pemuda Indonesia terperangkap dalam pengangguran, pekerjaan informal, dan mimpi yang patah. Pemerintah mengklaim ekonomi tumbuh, tapi kenyataannya mayoritas generasi muda kini bertanya: “Untuk siapa pertumbuhan ini sebenarnya?”

“Saya kuliah 4 tahun, IPK 3,6, tapi sekarang kerja serabutan di kafe demi bisa makan. Negara sedang ngelawak atau kami yang dibodohi?” – ujar Aldi (24), lulusan universitas negeri ternama, dalam wawancara dengan Kompasia.com.


Data yang Menampar Wajah Pemerintah

  • 📉 16% pemuda usia 15–24 tahun tidak bekerja atau belajar — dua kali lipat dari Thailand dan Vietnam.
  • 💸 59% tenaga kerja nasional ada di sektor informal, tanpa jaminan sosial dan dengan gaji < Rp 2 juta/bulan.
  • 📉 Tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan Indonesia hanya 58%, anjlok dari 74% dua tahun lalu.
  • 🎓 Setiap tahun, >3 juta lulusan baru dilempar ke pasar kerja yang nyaris stagnan.

Viral: #KaburAjaDulu & Gerakan “Indonesia Gelap”

Media sosial dipenuhi tagar #KaburAjaDulu, simbol pesimisme dan perlawanan diam-diam generasi Z. Pesannya sederhana namun menyakitkan: “Negara ini tidak layak ditunggu.” Fenomena ini memuncak ketika mahasiswa di berbagai kota menggelar aksi “Indonesia Gelap” sebagai respons atas pemangkasan anggaran pendidikan.

“Pemerintah malah potong anggaran kampus, tapi sibuk tebar dana proyek infrastruktur gajah putih. Kami muak.” – Koordinator aksi, Rizky M., Universitas Airlangga.


Apakah Ini Proyek Gagal Generasi?

Sementara itu, ratusan ribu pemuda pintar memilih kabur ke luar negeri: jadi perawat di Jerman, teknisi di Korea, atau sopir pengantar di Dubai. Negara kehilangan talenta, tapi malah bangga menerima remitansi. Inilah yang disebut oleh pengamat sosial sebagai “kolonialisme terbalik yang disponsori negara.”

“Brain drain terjadi karena negara tidak mampu mengurus anak-anak mudanya. Ini bukan salah anak muda. Ini kegagalan sistemik.” – Prof. Ade Rachmat, Sosiolog UI.


Negara Mau Apa? Janji atau Solusi?

Pemerintah lewat Menko Perekonomian sempat menyebut akan “meningkatkan link and match dunia industri,” namun nyaris tak ada bukti konkret selain seminar dan jargon. Sementara itu, pemuda tetap mengantre kerja di platform daring dengan bayaran Rp 10.000 per desain.

Jangan salahkan pemuda kalau mereka menyerah. Salahkan sistem yang membuat mereka kehilangan harapan.


📣 Kesimpulan Keras:

Indonesia tidak kekurangan pemuda cerdas. Indonesia kekurangan kepemimpinan yang berpihak.

406SHARES2.2kVIEWS
reni hartuti
Author: reni hartuti

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x