Menanti Juru Selamat Garuda dari Petinggi SIA hingga Danantara

, JAKARTA — PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengalami harapan perbaikan kinerja keuangan dalam beberapa bulan terakhir, mulai dari isu masuknya pejabat Singapore Airlines hingga dana tambahan dari Danantara.

Berdasarkan transparansi informasi, GIAA akan menyelenggarakan RUPSLB pada 15 Oktober 2025 di Ruang Auditorium, Gedung Manajemen Garuda, Lantai Dasar, Garuda City, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Hanya ada satu poin dalam RUPSLB tersebut, yaitu perubahan susunan pengurus perusahaan.

Proses perubahan pengurus GIAA dilakukan mengingat posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko masih dalam keadaan kosong hingga saat ini. Isu kemudian muncul bahwa salah satu pejabat dari Singapore Airlines, Balagopal Kunduvara, akan diangkat sebagai Direktur Keuangan GIAA.

Berita ini muncul setelah Bloomberg melaporkan bahwa Balagopal disebut-sebut akan menggantikan Prasetio yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, dan telah dipecat dalam RUPSLB bulan Juni 2025.

Selain itu, munculnya pejabat Singapore Airlines yang akan menjabat sebagai Direktur Keuangan GIAA terjadi di tengah kondisi keuangan GIAA yang masih menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, GIAA masih mencatatkan ekuitas negatif, di mana kewajibannya melebihi nilai aset yang dimilikinya.

Diketahui, aset GIAA mencapai 6,51 miliar dolar AS pada periode berakhir 30 Juni 2025. Di sisi lain, utang GIAA mencapai 8,01 miliar dolar AS. Akibatnya, ekuitas negatif GIAA mencapai 1,49 miliar dolar AS.

GIAA masih mencatatkan kerugian bersih yang ditujukan kepada pemilik entitas induk sebesar US$143,7 juta atau Rp2,33 triliun (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS pada 30 Juni 2025) pada semester pertama tahun 2025. Kerugian bersih GIAA meningkat sebesar 41,36% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$101,65 juta atau Rp1,64 triliun.

Namun, Pengamat BUMN Next Indonesia Center, Herry Gunawan menyatakan bahwa jika isu kehadiran pejabat Singapore Airlines benar terjadi, dampaknya tidak akan terlalu besar terhadap perbaikan kinerja keuangan GIAA.

“Walaupun Direksi Garuda diisi oleh pejabat Singapore Airlines sebagai Direktur Keuangan, jika terjadi, hal itu tidak akan mengatasi masalah yang ada di Garuda,” ujar Herry kepada Bisnis pada Selasa (7/10/2025).

Selain itu, Singapore Airlines dalam laporan keuangan terbaru menunjukkan kinerja laba yang melemah. Laba Singapore Airlines turun sebesar 59% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 186 juta dolar Singapura pada kuartal I/2025, dibandingkan dengan 452 juta dolar Singapura pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Menurutnya, saat ini masalah utama Garuda adalah beban keuangan. Kewenangan Direktur Keuangan menurutnya terbatas, karena kebijakan umum dan koordinasi tetap berada di tangan Direktur Utama.

Saat ini, beban keuangan GIAA, khususnya dari beban sewa pesawat dan hutang. Jika masalah utama ini tidak diselesaikan, menurutnya akan terus menghantui GIAA di masa depan.

“Maka jika ada harapan untuk mencari jalan cepat mengatasi masalah keuangan Garuda, melalui penataan kewajiban keuangan Garuda atau penambahan modal guna mengatasi beban keuangan,” katanya.

Di perkembangan terbaru, GIAA akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan nilai sebesar Rp30,31 triliun. Penambahan modal tersebut akan dilakukan oleh PT Danantara Asset Management (Persero).

Berdasarkan transparansi informasi, terkait dengan upaya restrukturisasi, GIAA akan menyelenggarakan PMTHMETD yang akan dilakukan oleh Danantara dengan dua metode. Pertama, penyetoran modal berupa uang tunai. Kedua, konversi pinjaman dari pemegang saham (shareholder loan/SHL) menjadi saham baru.

Jumlah dana private placement mencapai US$1,84 miliar atau setara dengan Rp30,31 triliun (kurs Rp16.421 per dolar AS). Secara rinci, Danantara akan menyetor modal tunai kepada GIAA sebesar maksimal US$1,44 miliar atau Rp23,66 triliun serta mengonversi SHL menjadi saham baru senilai US$405 juta atau Rp6,65 triliun.

Penyertaan modal melalui metode PMTHMETD harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari rapat umum pemegang saham (RUPS). GIAA juga telah menjadwalkan RUPS luar biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025 untuk menyetujui pelaksanaan penerbitan saham privat tersebut.

“Pelaksanaan PMTHMETD oleh Danantara diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap perbaikan struktur modal, peningkatan likuiditas, serta mendukung kelangsungan usaha perusahaan di masa depan,” tulis Manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi pada Selasa (7/10/2025).

Secara rinci, dana private placement akan digunakan untuk berbagai keperluan. Sebanyak 29% dialokasikan untuk pendanaan modal kerja dan operasional GIAA, termasuk pembayaran biaya perawatan serta perbaikan pesawat.

Selanjutnya, sebanyak 37% digunakan untuk meningkatkan modal di anak perusahaan GIAA, yaitu Citilink, dalam rangka pendanaan modal kerja dan operasional Citilink, termasuk pembayaran biaya perawatan serta perbaikan pesawat. Berikutnya, sebesar 22% dialokasikan untuk ekspansi armada perusahaan serta Citilink.

Selain itu, sebanyak 12% dialokasikan untuk meningkatkan modal Citilink, yang akan digunakan untuk melunasi utang pembelian bahan bakar pesawat Citilink dari Pertamina antara tahun 2019 hingga 2021.

Proyeksi Saham GIAA

Selain itu, seiring dengan upaya perbaikan kinerja keuangannya, harga saham GIAA mengalami peningkatan tahun ini. Harga saham GIAA naik 10% menjadi Rp88 per lembar pada perdagangan hari ini, Selasa (7/10/2025).

Harga saham GIAA telah naik 60% sejak awal tahun ini (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana pada tahun 2025.

Analisis pasar modal Indonesia, Reydi Octa menyatakan bahwa masuknya pejabat dari Singapore Airlines ke dalam jajaran direksi GIAA, jika terjadi, dapat mendapat respon positif dari para investor, karena tindakan tersebut merupakan langkah nyata untuk meningkatkan reputasi terkait tata kelola perusahaan dan mungkin bisa membantu memperbaiki kendala keuangan di GIAA.

“Secara umum pasar akan merespons dengan baik, tetapi antusiasme bisa berkurang jika tidak diikuti oleh hasil nyata berupa peningkatan arus kas, perbaikan utang, dan pemulihan keuangan lainnya,” kata Reydi, Selasa (7/10/2025).

Kepala Analis Ekuitas Komunitas dan Ritel PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menyatakan bahwa jika benar para pejabat Singapore Airlines menjadi Direktur Keuangan GIAA dan membantu GIAA bertransformasi menjadi lebih baik, hal tersebut tentu akan menjadi sesuatu yang positif bagi GIAA.

“Saat ini harga saham GIAA mulai mengalami peningkatan di pasar FCA seiring beredarnya isu tersebut. Selain itu, citra merek Singapore Airlines yang sangat baik dapat memberikan dampak positif terhadap GIAA. Di masa depan, prospek sahamnya bisa meningkat lebih jauh jika terjadi perbaikan fundamental yang bersifat struktural,” ujar Angga, Selasa (7/10/2025).

359SHARES8.7kVIEWS
Pimpinan Redaksi
Author: Pimpinan Redaksi

Menulis membaca dan membagikan

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x