Mengapa Peramal Cuaca di AS Dihujat Penyangkal Iklim?

Surat elektronik yang berisi ancaman pembunuhan menjadi akhir dari karier seorang ahli meteorologi di Amerika Serikat. Para pakar mencatat bahwa perang melawan perubahan iklim oleh kalangan konservatif kini berpindah kepada penyiar prakiraan cuaca.

Chris Gloninger membuka surel pada pagi hari, dan menemukan pesan dari seorang penonton yang meminta alamat rumahnya, dengan maksud ingin memberikannya suatu penghargaan yang akan ia ingat.

Tiba-tiba teringat kisah seorang pria yang datang ke rumah hakim agung Brett Kavanaugh, membawa sebuah pistol dan tali pengikat. “Jantung saya berdebar kencang dan saya merasa tidak bisa bergerak,” kenangnya.

Gloninger bukan seorang anggota partai politik. Ia adalah seorang ahli prakiraan cuaca. Dansejak ia menjabat sebagai kepala meteorologi, kotak pesan menjadi medan ancaman. Pesan email dengan nada ancaman akhirnya membuatnya menghubungi polisi dan memindahkan dirinya serta istrinya ke sebuah hotel.

Ketidaksukaan online terhadap pembawa cuaca

Sebagai jurnalis yang tugasnya menyampaikan informasi tentang perubahan iklim, penyiar cuaca di televisi juga terkena dampak dari maraknya penyebaran informasi palsu dan teori konspirasi yang memicu rasa benci di media sosial.

Gloninger memandang perubahan iklim sebagai masalah paling krusial saat ini, serta giat berupaya agar menjadi fokus utama dalam liputan media televisi.

Ia pernah pindah ke Iowa, sebuah negara bagian yang semakin konservatif sejak Trump terpilih.

Setelah bekerja di Des Moines, Gloninger menyesuaikan laporan beritanya di Iowa dengan penelitian iklim terbaru. Ia berusaha menjelaskan secara sederhana bagaimana kekeringan memengaruhi ladang jagung, atau bagaimana cuaca ekstrem menghambat para petani.

Pada saat itu, email mulai masuk secara beruntun. Awalnya hanya penolakan biasa, kemudian berkembang menjadi ancaman yang lebih agresif. Ia melihat bagaimana sebagian penonton mulai mempergunakan sains secara politis.

Mereka mengatakan, kami merasa jenuh dengan agenda liberal ini,” kata Gloninger. “Padahal seharusnya ini bukan tentang politik, karena ini adalah sains yang didukung oleh 99% komunitas akademik.

Sejarah panjang misinformasi

Sekarang, informasi yang salah dan teori konspirasi mengenai iklim semakin marak di internet, meskipun konsensus ilmiah sudah jelas bahwa perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem yang akan semakin memburuk seiring naiknya suhu global.

Sumber masalah ini dapat dilacak sejak pertengahan abad yang lalu. Mulai dari tahun 1960-an, perusahaan energi sudah mengetahuipembakaran batu bara dan minyak menyebabkan kenaikan suhu bumi. Namun mereka memilih untuk menyangkal. Kini, ketika gletser mencair dan banjir menghancurkan kota, menyangkal tidak lagi cukup. Maka muncul bentuk baru: delayism. Menunda. Meragukan solusi. Atau melapisi perusahaan dengan cat hijau agar terlihat ramah lingkungan.

Penelitian tahun 2024 menunjukkan bahwa industri energi fosil dan petrokimia menghabiskan jutaan dolar untuk iklan yang menyatakan komitmen iklim perusahaan secara salah. Faktanya, sektor migas hanya menyalurkan 1% dari pendapatan globalnya ke energi bersih, sementara terus aktif mencari cadangan minyak dan gas baru.

Jaringan pemain yang menyebarkan informasi palsu yang rumit

“Jaringan di balik penyebaran informasi palsu mengenai iklim kini sangat kompleks,” ujar Ece Elbeyi, peneliti dari Universitas Kopenhagen, Denmark.

Tidak hanya pihak yang berkepentingan untuk menghambat tindakan iklim dan para lobi, tetapi juga media, pengguna jahat, ladang bot dari Rusia, hingga para pengaruh di media sosial yang memperluas penyebaran informasi palsu, di mana algoritma lebih cenderung mendukung konten yang memiliki nuansa emosional.

Para aktor politik, khususnya yang memiliki basis nasionalis atau konservatif, memanfaatkan informasi yang salah untuk memotivasi pendukung mereka,” ujar Elbeyi. “Mereka mungkin tidak secara langsung menyangkal perubahan iklim, tetapi mempersepsikan solusi iklim — seperti perjanjian internasional atau aturan tentang karbon — sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara atau kebebasan ekonomi.

Melawan tindakan iklim kini telah menjadi isu yang berkaitan dengan identitas politik, sehingga lebih sulit untuk dikoreksi. Identitas ini, menurut Elbeyi, yang membuat seseorang mampu menyebarkan informasi yang salah atau mengirim pesan penuh kebencian kepada orang seperti Gloninger.

Lahan subur teori konspirasi

“Terkadang informasi yang salah berkembang menjadi teori konspirasi yang tidak masuk akal, yang beredar di kalangan orang-orang dengan tingkat kecemasan, ketakutan, atau sifat egosentris yang tinggi,” kata Daniel Jolley, profesor psikologi dari Universitas Nottingham.

Konspirasi dapat memberikan rasa penting atau aman, dengan menggambarkan kelompok yang berkuasa sebagai “jahat,” dan sering kali semakin meningkat setelah terjadi bencana.

Setelah banjir bandang yang menewaskan terjadi di Texas pada musim panas lalu, muncul berbagai teori konspirasi di internet yang menyatakan bahwa para ilmuwan dan lembaga pemerintah mengatur bencana tersebut menggunakan teknologi penyemaian awan.

“Orang berusaha menjelaskan masalah besar yang membuat kita merasa tidak yakin, cemas, dan terancam,” ujar Jolley. Ia memperkirakan, mengingat iklim yang terus berubah,misinformasi dan konspirasi cuaca akan makin menonjol.

Ahli meteorologi, menurut informasi yang diberikan, menjadi sasaran karena mereka adalah komunikator ilmu iklim yang paling terlihat.

Bagaimana tangkal misinformasi?

Baik Jolley maupun Elbeyi menekankan bahwa pendidikan merupakan kunci penting, sehingga masyarakat mampu mengenali informasi yang salah.

Elbeyi mengatakan, hal ini perlu melibatkan kelompok yang rentan dalam diskusi, karena informasi yang salah menyebar ketika kelompok merasa keputusan diambil tanpa mereka, bahkan bertentangan dengan mereka. “Dan pengecualian seperti ini dapat langsung merusak kepercayaan masyarakat terhadap ilmuwan dan sains secara keseluruhan.”

Dalam menghadapi teori konspirasi, Jolley menyarankan untuk membangun kepercayaan dan menunjukkan empati terhadap alasan orang percaya pada teori tersebut, bukan hanya sekadar menyangkal. Ia juga menekankan pentingnya memberikan dukungan kepada mereka yang menjadi korban serangan, seperti Gloninger.

Setelah menghadapi ancaman pembunuhan, Gloninger menjalani pengobatan dan dinyatakan menderita gangguan stres pasca-trauma. Ia kesulitan tidur, kulitnya mengalami kerusakan, serta kondisi kesehatannya memburuk.

Pelaku akhirnya ditangkap oleh polisi meskipun hanya dikenai denda sebesar USD150. Dan Gloninger tetap bekerja di stasiun televisi. Namun setelah manajemen menerima banyak email dari sekelompok kecil penonton yang agresif, dia diminta untuk tidak lagi membahas isu perubahan iklim.

Gloninger memutuskan untuk berhenti daripada terus bekerja sambil mengabaikan masalah perubahan iklim. Ia mengakui bahwa keputusan tersebut masih sulit untuk dijelaskan.

Meskipun demikian, ia merasa telah memberikan dampak dengan menyebarkan kesadaran perubahan iklim kepada penonton yang konservatif. Ia menyimpan folder besar yang berisi pesan-pesan positif dari para penonton.

Gloninger menilai mundur karena permusuhan di media sosial akan menjadi kesalahan.

Saya merasa saat ini liputan mengenai perubahan iklim memang berkurang akibat adanya rasa takut terhadap balasan,” katanya. “Saya justru menyarankan para ahli meteorologi untuk meningkatkan usaha mereka.

Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam Bahasa Inggris, disunting oleh Rizki Nugraha. Editor: Agus Setiawan.

ind:content_author: Jennifer Collins

799SHARES2kVIEWS
Pimpinan Redaksi
Author: Pimpinan Redaksi

Menulis membaca dan membagikan

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x