Tren Blog Video: Strategi Utuh Menggabungkan Tulisan dan Video untuk Tetap Relevan di 2025

Peran Blog dan Video dalam Era Konten Digital

Sepuluh tahun yang lalu, jika seseorang ingin belajar sesuatu, mereka cenderung mencari informasi melalui mesin pencari seperti Google dan membaca artikel blog. Saat itu, blog menjadi raja dalam dunia konten, sedangkan video dianggap sebagai pelengkap. Namun, situasi kini berbeda. Menurut laporan industri konten digital 2024–2025, lebih dari 80% konsumsi konten online berbasis video.

Baik itu video TikTok berdurasi 15 detik, YouTube Shorts 1 menit, atau video penjelasan 15 menit, video telah menjadi cara utama bagi audiens untuk mencari jawaban, hiburan, maupun inspirasi. Meskipun demikian, ini tidak berarti blog tertulis sudah mati. Justru sebaliknya—blog tetap memiliki peran penting, hanya saja fungsinya dan formatnya telah berubah.

Sekarang, blog bukan lagi satu-satunya ujung tombak strategi konten, melainkan pondasi yang mendukung ekosistem konten lintas format, termasuk video. Audiens modern menginginkan informasi yang cepat, mudah dicerna, dan menarik. Video menawarkan keunggulan besar dibanding teks, seperti:

  • Kombinasi visual dan audio yang membuat penonton memahami pesan dengan cepat tanpa harus membaca panjang.
  • Nada suara dan ekspresi wajah yang menambah kepercayaan terhadap penyampai informasi.
  • Algoritma platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram Reels yang mendorong video baru kepada audiens yang sesuai, bahkan jika pembuatnya belum punya banyak pengikut.

Selain itu, orang tidak hanya ingin tahu “apa” yang Anda bagikan, tetapi juga “siapa” Anda. Video memperlihatkan keaslian: cara bicara, gaya, dan kepribadian, hal ini sulit ditiru oleh blog teks semata. Contohnya adalah para kreator seperti Marie Forleo, Ali Abdaal, atau Raditya Dika, yang menggunakan video untuk membangun ikatan emosional sementara tulisan tetap digunakan sebagai pendukung SEO dan dokumentasi pengetahuan.

Apakah Blog Masih Penting di Era Video?

Jawabannya adalah ya, sangat penting. Blog masih menjadi fondasi yang kokoh untuk beberapa hal:

  • SEO jangka panjang: Artikel tertulis masih lebih mudah diindeks Google dibanding video pendek.
  • Kredibilitas: Blog memberi ruang untuk penjelasan detail yang sulit dijelaskan dalam 60 detik.
  • Monetisasi tambahan: Iklan display, affiliate links, atau produk digital masih lebih mudah dikelola lewat blog.
  • Rujukan konten video: Banyak kreator menjadikan blog sebagai catatan resmi, sementara video sebagai pintu masuk audiens baru.

Jadi, bukan soal blog atau video, melainkan bagaimana keduanya saling mendukung. Mengadaptasi konten tertulis ke dalam video tidak berarti membaca artikel kata per kata di depan kamera. Berikut strategi praktis:

Strategi Praktis untuk Mengadaptasi Konten Tertulis ke Video

Tidak semua postingan layak diubah. Fokus pada:

  • How-to / tutorial: Cocok untuk video demo.
  • Opini / personal story: Lebih kuat jika dilihat langsung dari wajah dan ekspresi Anda.
  • Artikel populer: Jika artikel sudah ramai, video akan menambah efek pengganda.
  • Topik yang relevan secara visual: Resep, teknologi, tips desain, dsb.

Format yang tepat untuk sebuah blog bisa disesuaikan dengan video:

  • Blog penjelasan → Video whiteboard atau screen recording.
  • Opini / cerita → Vlog gaya ngobrol.
  • Listicle → Carousel video atau rangkaian klip singkat.
  • Q&A → Live video atau AMA (Ask Me Anything).

Jangan sekadar menduplikasi. Tambahkan sesuatu yang tidak bisa diperoleh di blog, misalnya:

  • Nada bicara yang lebih emosional.
  • Contoh nyata terbaru.
  • Behind the scenes pembuatan blog.
  • Ajakan interaksi langsung: komentar, polling, atau pertanyaan balik.

Produksi Video yang Praktis

Produksi video tidak harus rumit. Berikut workflow praktis:

  • Gunakan kembali artikel lama: Pilih artikel evergreen (misalnya “cara memulai blog”) dan ubah menjadi skrip.
  • Gunakan aplikasi penunjang:
  • Descript: mengubah teks jadi skrip, rekam sekaligus edit.
  • BigVu: teleprompter modern agar terlihat natural.
  • Opus Clip / Veed.io: otomatis memotong video panjang jadi klip pendek.
  • Batch recording: Sisihkan 1 hari untuk merekam 4–5 video berdasarkan postingan terbaik Anda.
  • Repurpose: Dari 1 artikel blog → 1 video YouTube → 3 klip TikTok/Instagram → 1 carousel LinkedIn → update artikel dengan embed video.

Dengan strategi ini, satu ide blog bisa menjelma jadi ekosistem konten selama sebulan penuh.

Kesalahan yang Harus Dihindari

Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat membuat video antara lain:

  • Membaca blog kata demi kata: Penonton akan bosan. Gunakan poin utama, lalu bicaralah secara alami.
  • Tidak menyesuaikan format dengan platform: Video YouTube panjang ≠ TikTok pendek. Sesuaikan durasi, gaya editing, dan pacing.
  • Lupa mengulang konteks: Penonton video mungkin belum membaca blog Anda.
  • Mengabaikan kenyamanan diri: Tidak semua orang harus mulai dari YouTube. Bisa dari shorts, reels, atau bahkan audio-video.
  • Terlalu fokus pada jumlah views: Ingat, tujuan video adalah engagement dan trust, bukan sekadar angka.

Bayangan Masa Depan untuk Blog dan Video

Pada Tahun 2025 sampai 2026, bayangan masa depan untuk blog dan video adalah:

  • Blog = pusat pengetahuan: Tempat Google mengindeks informasi.
  • Video = wajah brand: Tempat audiens membangun hubungan emosional.

Keduanya saling melengkapi. Artikel memberi otoritas, video memberi resonansi. Bayangkan blog Anda sebagai buku panduan dan video Anda sebagai presentasi langsung dari isi buku itu. Kombinasi ini membuat pesan Anda lebih kuat, lebih kredibel, dan lebih mudah ditemukan.

Blogger modern perlu berpikir lintas format: menulis untuk kedalaman, berbicara untuk resonansi, dan menghubungkan keduanya untuk membangun ekosistem konten yang tahan lama.

Jadi, lain kali Anda menulis artikel panjang, tanyakan pada diri sendiri: “Bagaimana jika saya menjelaskannya langsung ke kamera?” Jawaban dari pertanyaan itu mungkin akan membuka pintu audiens baru, memperkuat brand Anda, dan memastikan bahwa blog Anda tidak sekadar relevan, tapi juga berkembang di era video-first ini.

972SHARES7.8kVIEWS
Pimpinan Redaksi
Author: Pimpinan Redaksi

Menulis membaca dan membagikan

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
error: Content is protected !!
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x